Lolongan Terakhir di Hutan Kelam

Chapter 3 : Jejak di Tengah Kabut

Kabut pagi mengambang di atas Sungai Bengkawak seperti selubung kain kafan yang lembab. Air yang biasanya jernih kini berwarna keruh kecoklatan, seolah-olah lumpur dari dasar sungai telah teraduk oleh sesuatu yang besar. Di tepian berlumpur, sekumpulan anak-anak berdiri membeku melihat jejak-jejak aneh yang mengarah dari hutan ke tepi sungai—tiga jari runcing dengan cakar sepanjang pisau daging, tercetak dalam dalam lumpur seperti dicap dengan besi panas.

Wati, gadis 12 tahun yang biasanya pemberani, kini menggenggam erat lengan adiknya. Mereka berniat mencari ikan lele di sungai seperti biasa, tapi sekarang kakinya terasa tertanam di lumpur. 'Ini... ini lebih besar dari jejak Pak RT waktu main sepak bola tanpa alas kaki,' bisiknya gemetar. Bau anyir seperti belerang bercampur darah busuk menusuk hidung mereka.

Dari balik semak pandan di seberang, suara gemerisik membuat jantung mereka serentak berdebar. Daun-daun bergoyang tanpa angin, dan untuk sesaat, Wati yakin melihat sepasang mata kuning pucat mengintip dari balik kegelapan—mata yang sama yang dilihat Mbah Suroto di ladang. Rintihan aneh, seperti bayi menangis dicampur dengusan babi hutan, menggema di antara pepohonan.

Seketika itu pula, seluruh anak desa berhamburan pulang dengan jeritan. Jejak-jejak kaki mereka yang kecil bercampur dengan cetakan cakar besar itu, membentuk pola mengerikan di lumpur—seolah-olah si pembuat jejak telah mengikuti mereka dari belakang tanpa terlihat.

Malam itu, rapat darurat diadakan di balai desa. Lampu minyak berkedip-kedip menerangi wajah-wajah pucat para orang tua. 'Mulai malam ini, anak di bawah 15 tahun dilarang keluar setelah maghrib!' bentak Kepala Desa dengan suara yang lebih keras dari biasanya, mungkin untuk menutupi ketakutannya sendiri. Di luar jendela, bulan purnama membayang seperti bola mata raksasa yang mengawasi.

Tapi larangan itu hanya memicu rasa penasaran yang lebih besar. Di rumah kayu reyot di ujung desa, Wati dan tiga temannya berkumpul di bawah selimut tebal. 'Aku dengar dari Mas Heru yang jadi ronda malam,' bisik Toni sambil matanya melirik ke jendela yang terkunci rapat, 'Mereka nemukan... bangkai kambing di dekat jejak itu. Tapi bukan dimakan hewan—dagingnya hilang, cuma tulang sama kulit yang tersisa, bersih seperti dijilat.'

Tiba-tiba, dari kejauhan, suara lolongan panjang menggiriskan bulu kuduk. Bukan lolongan anjing—tapi sesuatu yang lebih dalam, lebih parau, dengan vibrasi yang membuat gelas di rak bergetar sendiri. Adik Wati mulai menangis histeris sambil memegangi boneka kayunya erat-erat.

Di sudut gelap kamar, sesuatu bergerak. Bukan hantu—tapi lebih buruk. Sehelai jerami kering, seperti yang digunakan untuk orang-orangan sawah, tiba-tiba muncul dari bawah pintu. Gerakannya seperti ulat raksasa, meliuk-liak di lantai kayu sebelum berhenti tepat di bawah tempat tidur mereka. Di ujung jerami itu terdapat gumpalan tanah berlumuran cairan hitam yang perlahan merembes membentuk pola—seperti wajah manusia yang sedang meringis kesakitan.

Ketika fajar menyingsing, warga menemukan sesuatu yang membuat darah mereka beku. Di depan setiap rumah yang memiliki anak, terdapat tumpukan tulang-belulang hewan kecil—tikus, cicak, burung pipit—disusun rapi seperti persembahan. Yang paling mengerikan: semua tengkorak hewan itu menghadap ke pintu rumah, seperti sedang mengawasi.

Hot Novel

Check Out Novel Terbaru

View All

Si Bodoh yang Jenius

Jojo, cowok pintar yang sombong, awalnya menertawakan Maria, siswi baru cantik keturunan Chinese yang bodoh dalam pelajaran. Namun setelah dipasangkan untuk belajar bersama, Jojo perlahan kagum dengan kerja keras Maria. Maria yang dulunya selalu gagal, kini semakin berkembang berkat bimbingan Jojo. Senyuman dan semangat Maria membuat hati Jojo goyah. Semakin lama, Maria tidak hanya belajar dengan baik, tapi juga menanjak pesat hingga membuat Jojo terancam. Dari hubungan guru–murid kecil-kecilan, hubungan mereka berkembang menjadi persahabatan hangat yang penuh ketegangan batin karena persaingan.

read more

Lolongan Terakhir di Hutan Kelam

Di sebuah desa terpencil dekat hutan, serangkaian kematian brutal terjadi. Hewan ternak dan manusia ditemukan tewas dengan tubuh tercabik. Arman, seorang pemuda desa, mulai menemukan bahwa keluarganya terikat kutukan manusia serigala. Saat ayahnya berubah menjadi monster, rahasia kelam keluarga terkuak. Arman harus melawan bukan hanya ayahnya, tapi juga roh serigala purba yang berusaha mengambil alih tubuhnya. Dengan pisau bulan, ia berusaha menghentikan kutukan, namun setiap langkah justru menyeretnya semakin dalam ke dalam kegelapan.

read more

Sehabis Mencintai, Aku Belajar Melepaskan

Kisah Rania bermula dari cinta yang begitu dalam, namun meninggalkan luka yang menghancurkan. Ia berusaha bangkit di tengah kebingungan, dihadapkan pada pilihan antara Adi—cinta lama yang kembali meminta kesempatan—dan Damar, sahabat yang tulus namun diam-diam mencintainya. Di perjalanan, Rania menemukan bahwa hidup bukan hanya tentang bertahan pada kenangan, tapi juga berani membuka pintu baru. Apakah Rania akan memilih cinta yang pernah menyakitinya, atau cinta baru yang penuh ketenangan?

read more

Kucing

kucing menjadi harimau

read more

hello

berubah mentality kucing

read more

30 menit

Novel ini menceritakan pengandaian dari rani jika saja 30 menitnya lebih baik

read more

Primadona Mengejar Pecundang

Dita, primadona dan peringkat pertama SMA Permata Kasih, awalnya menganggap Zeno sebagai siswa bodoh tak berguna. Namun saat melihat keteguhan dan potensi tersembunyi Zeno, ia justru berbalik jatuh hati dan bertekad membimbingnya. Tak disangka, Zeno bukan hanya menyusulnya, tapi mengalahkannya—baik dalam pelajaran, maupun dalam permainan perasaan......

read more