Primadona Mengejar Pecundang
Chapter 4 : Escape from Perfection
Bel pulang sekolah berbunyi nyaring, tapi suaranya tenggelam dalam gemuruh ketukan sepatu Pak Didi di lantai keramik. Guru fisika itu berhenti di depan meja Dita, bayangannya jatuh tepat di atas buku catatan miliknya yang masih terbuka—setiap halaman terisi rapi dengan tinta biru dan stabilo kuning.
'Dita, kau yang akan membimbing Pratama,' ujarnya dengan suara berat, seperti menghakimi. 'Dia akan ujian susulan besok.' Jarinya yang pendek menunjuk ke jendela, di mana siluet Zeno terlihat sedang bersandar di pohon mangga, asap rokoknya membentuk lingkaran-lingkaran kecil di udara lembab.
Dita mengatupkan bibirnya. 'Tapi Pak—'
'Tidak ada tapi!' Potong Pak Didi. Botol minumannya yang belel berdentum di meja. 'Aku sudah bosan dengan kelakuannya. Kalau dia gagal lagi, kau yang bertanggung jawab.'
•••
Ruangan pustaka sunyi kecuali dengungan AC tua yang bergetar tidak karuan. Dita mengatur buku-bukunya dalam formasi sempurna di meja kayu, sementara Zeno—dengan seragam yang kancingnya hanya terpasang separuh—menyenderkan kursinya hingga dua kaki depannya mengangkat.
'Jadi...' Zeno memecah keheningan, jarinya memainkan pulpen yang berputar-putar di udara seperti pesawat akrobatik. 'Sang bintang kelas harus mengajari si bodoh, ya?' Senyumnya tajam, matanya menyipit menantang.
Dita tidak menoleh. Tangannya yang mungil membuka buku tebal. 'Kita mulai dari gerak lurus beraturan.' Suaranya datar, dingin seperti pisau bedah.
'Wah, langsung masuk ke ranah personal,' goda Zeno sambil mengetuk-ngetuk meja dengan pola tidak beraturan. 'Aku lebih suka gerak... tidak beraturan.' Tiba-tiba dia mencondongkan badan, wajahnya hanya berjarak sejengkal dari Dita. 'Seperti weekend-mu yang pasti membosankan.'
Dita menghela nafas. Bau tembakau dan kopi dari nafas Zeno memenuhi ruang personalnya. 'Kalau kau tidak serius—'
'Tidak serius?' Zeno menyela. Tangannya yang bertato sementara menggambar bentuk hati di kaca berembun. 'Aku selalu serius. Bahkan dalam bersenang-senang.'
Saat Dita menunduk untuk mengambil penghapus, Zeno tiba-tiba melesat. Kursinya jatuh berdebum, suaranya menggema di ruangan sunyi. 'Oops, waktu istirahat!' teriaknya sambil berlari mundur, kedua tangan terkembang seperti pesawat. Kakinya yang lincah sudah melesat ke pintu darurat sebelum Dita sempat bangkit.
Di luar, langit sore mulai memerah. Zeno melompati pagar sekolah dengan satu gerakan fluid, jaketnya berkibar seperti sayap. Sementara di dalam, Dita berdiri kaku di depan meja—tangan kanannya mencengkeram pulpen begitu kuat sampai sendi-sendi jarinya memutih, namun sudut bibirnya yang biasanya tegas berkedut tak menentu, seperti memiliki pikirannya sendiri.


Si Bodoh yang Jenius
Jojo, cowok pintar yang sombong, awalnya menertawakan Maria, siswi baru cantik keturunan Chinese yang bodoh dalam pelajaran. Namun setelah dipasangkan untuk belajar bersama, Jojo perlahan kagum dengan kerja keras Maria. Maria yang dulunya selalu gagal, kini semakin berkembang berkat bimbingan Jojo. Senyuman dan semangat Maria membuat hati Jojo goyah. Semakin lama, Maria tidak hanya belajar dengan baik, tapi juga menanjak pesat hingga membuat Jojo terancam. Dari hubungan guru–murid kecil-kecilan, hubungan mereka berkembang menjadi persahabatan hangat yang penuh ketegangan batin karena persaingan.
read more
Lolongan Terakhir di Hutan Kelam
Di sebuah desa terpencil dekat hutan, serangkaian kematian brutal terjadi. Hewan ternak dan manusia ditemukan tewas dengan tubuh tercabik. Arman, seorang pemuda desa, mulai menemukan bahwa keluarganya terikat kutukan manusia serigala. Saat ayahnya berubah menjadi monster, rahasia kelam keluarga terkuak. Arman harus melawan bukan hanya ayahnya, tapi juga roh serigala purba yang berusaha mengambil alih tubuhnya. Dengan pisau bulan, ia berusaha menghentikan kutukan, namun setiap langkah justru menyeretnya semakin dalam ke dalam kegelapan.
read more
Sehabis Mencintai, Aku Belajar Melepaskan
Kisah Rania bermula dari cinta yang begitu dalam, namun meninggalkan luka yang menghancurkan. Ia berusaha bangkit di tengah kebingungan, dihadapkan pada pilihan antara Adi—cinta lama yang kembali meminta kesempatan—dan Damar, sahabat yang tulus namun diam-diam mencintainya. Di perjalanan, Rania menemukan bahwa hidup bukan hanya tentang bertahan pada kenangan, tapi juga berani membuka pintu baru. Apakah Rania akan memilih cinta yang pernah menyakitinya, atau cinta baru yang penuh ketenangan?
read more
Primadona Mengejar Pecundang
Dita, primadona dan peringkat pertama SMA Permata Kasih, awalnya menganggap Zeno sebagai siswa bodoh tak berguna. Namun saat melihat keteguhan dan potensi tersembunyi Zeno, ia justru berbalik jatuh hati dan bertekad membimbingnya. Tak disangka, Zeno bukan hanya menyusulnya, tapi mengalahkannya—baik dalam pelajaran, maupun dalam permainan perasaan......
read more