Bukan Gamon
Chapter 3 : Bayang-Bayang yang Tak Pernah Pergi
Kantor itu terasa seperti labirin kenangan. Setiap sudut membuat Vira terperangkap dalam bayangan masa lalu. Ketika jemarinya menari di atas keyboard, matanya tanpa sengaja tertuju pada kaleng minuman energi di pojok meja—merk yang sama yang selalu Hamdan beli setiap pagi. Bau kopi dari mesin di pantry tiba-tiba terasa menusuk, mengingatkannya pada kebiasaan Hamdan menyeruput latte tanpa gula sambil mengeluh tentang deadline.
Hujan di luar jendela memantulkan warna abu-abu yang sama dengan kaus hujan yang pernah Hamdan pinjamkan tiga tahun lalu, saat mereka kehujanan pulang dari kampus. Tiba-tiba Vira bisa merasakan lagi bagaimana bahunya basah kuyup waktu itu, bagaimana tangan Hamdan terasa hangat menggenggam tangannya yang menggigil.
‘Meeting di ruang rapat 5 menit lagi, Vir!’ suara Amanda dari belakang membuatnya tersentak. Ruang rapat itu. Ruangan dengan wallpaper kayu di dinding sebelah kiri dimana Hamdan pernah mengejutkannya dengan kue ulang tahun dan balon saat ia lulus ujian sertifikasi. Sekarang setiap kali masuk, matanya otomatis mencari sudut tempat Hamdan biasa bersandar dengan senyum khasnya.
Perjalanan pulang makin menjadi siksaan. Halte bus nomor 12 tempat mereka pertama kali bertatapan. Toko buku di seberang jalan tempat Hamdan sering membelikannya novel romance. Bahau masakan dari warung Padang dekat halte yang dulu selalu mereka kunjungi setiap Jumat malam. Tubuh Vira bereaksi aneh—jantung berdetak kencang meski tak ada yang mengejar, tenggorokan terasa mengganjal setiap kali melihat tempat-tempat yang pernah mereka kunjungi bersama.
Di kamar kosnya yang sempit, tragedi terus berlanjut. Kaos oblong hitam bekas Hamdan masih tersembunyi di bawah bantal—masih berbau minyak wangi citrusy yang dulu selalu dipakai kekasihnya itu. Malam-malam, ketika sepi mulai menghimpit, Vira menariknya pelan dan mengubur wajahnya di kain itu, menghirup dalam-dalam sambil membayangkan detak jantung Hamdan yang dulu kerap ia dengar saat berbaring di dadanya.
Telepon berdering tengah malam. Tangan Vira gemetar melihat nama ‘Dan’ di layar. Enam belas panggilan tak terjawab dalam seminggu. Suatu malam, ketika pil tidur tak lagi mempan, jarinya menekan tombol answer. ‘Vir? Aku… aku rindu,’ suara serak di seberang membuat dadanya sesak. Lima belas menit dia diam, hanya mendengar Hamdan bercerita tentang betapa kosongnya hidupnya tanpa Vira. Saat Hamdan bertanya apakah mereka bisa bertemu, tangan Vira menutup mulutnya keras-keras untuk menahan teriakan yang ingin keluar. Ia mematikan telepon, lalu menjatuhkan tubuhnya ke lantai dingin, menggigit baju Hamdan itu sambil menangis sepuas-puasnya.
Sore berikutnya, Siska datang dengan wajah murung. ‘Aku bawa album foto saat kita jalan-jalan ke Bali tahun lalu,’ katanya sambil mengeluarkan kardus dari tasnya. Vira tahu ini terapi kejam yang direncanakan sahabatnya. Halaman demi halaman membuka luka lama—foto mereka berdua tertawa di pantai, foto Hamdan sedang memakaikan bunga kamboja di telinganya, foto ciuman mereka di bawah air terjun. Tiba-tiba ada sesuatu jatuh dari album—selembar sticky note kuning dengan tulisan tangan Hamdan: ‘Aku akan selalu mencintaimu, Vir.’ Potongan kertas itu membuat Vira meringkuk di kasur berhari-hari, menatapnya bolak-balik sambil bertanya pada diri sendiri dimana kesalahannya hingga cinta mereka bisa hancur seperti ini.
Mesin cuci di lorong kos menjadi saksi bisu kegilaan Vira suatu malam. Ia mengguncang tabungnya keras-keras, mencoba menghilangkan noda lipstik yang ditemukannya di kemeja Hamdan seminggu sebelum putus. ‘Kenapa? Kenapa kamu tega?’ jeritnya pada baju-baju yang berputar-putar, sementara tetangga kos sebelah mengetuk dinding protes.
Di hari yang seharusnya jadi anniversary keempat mereka, Vira nekat menyetir ke apartemen Hamdan. Berdiri selama dua jam di bawah hujan lebat, menatap lampu kamar mantan kekasihnya yang menyala. Saat bayangan tubuh wanita muncul di balik tirai, Vira menampar mukanya sendiri keras-keras. ‘Ayo sadar, Vir! Dia bukan milikmu lagi!’ batinnya berteriak, tapi kakinya seperti tertancap di aspal basah sampai seorang satpam menanyakan keadaan.
Tiga minggu setelah putus, Vira menemukan amplop coklat di laci meja kerjanya. Isinya tiket konser band favorit Hamdan yang rencananya akan mereka tonton bulan depan. Di sudut kertas ada coretan kecil bentuk hati dengan inisial V&D. Saat istirahat siang, ia menyelinap ke toilet, merobek-robek tiket itu dengan giginya sementara air mata jatuh membasahi bibir yang tergigit keras. Rasa hancur itu lebih pedih daripada sakit apapun yang pernah ia rasakan—seolah setiap kenangan indah mereka berubah menjadi pisau yang mengiris-iris jiwanya pelan-pelan.

Bukan Untuk Kita Bertiga
Rani, Dira, dan Aldo bersahabat sejak kuliah. Namun semuanya mulai berubah saat Rani diam-diam jatuh cinta pada Aldo, yang ternyata memiliki perasaan pada Dira. Dira, yang menyadari hal itu, mencoba menjauh demi menjaga persahabatan mereka, tapi justru menyebabkan konflik batin yang lebih besar. Kisah ini menggambarkan cinta yang tidak bisa dimiliki tanpa menghancurkan sesuatu yang lain.
read more
Bukan Gamon
Vira baru saja putus dari Hamdan dan merasa dunia runtuh. Ia gagal move on, hingga Hadnyan—teman mantan yang dikenal cuek dan introvert—tiba-tiba muncul dalam hidupnya. Sifat Hadnyan yang suka jahil tapi tidak pernah benar-benar hadir membuat Vira bimbang: nyaman, tapi terluka. Siklus hadir-menghilang Hadnyan membuat Vira kelelahan secara emosional, hingga akhirnya ia memutuskan untuk pergi. Namun, Hadnyan yang selama ini diam mulai berubah. Perasaan mulai jujur disampaikan, luka mulai diobati.
read more
Now You’re My Favorite Hello
Aisha, siswi baru di SMA, terjebak dalam dinamika hati antara Rian—sahabat sekaligus cinta pertamanya—dan sang kakak kelas misterius yang selalu menyapanya dengan hangat. Saat proyek, lomba, dan momen-momen tak terduga mempererat mereka, pilihan sulit menanti di akhir. Di malam purnama terakhir sebelum keputusan terungkap, hati Aisha bergetar: akankah ia memilih kenyamanan bersama Rian, atau keberanian merespons sapaan hangat sang kakak kelas? perjalanan mereka berujung pada satu momen yang menentukan segalanya…
read more
Menara Seratus.
Di tengah dunia yang diliputi kabut dan keputusasaan, berdiri sebuah menara raksasa yang menjulang hingga menembus awan: Menara Seratus. Tidak ada yang tahu siapa yang membangunnya, atau apa yang tersembunyi di lantai teratasnya. Tapi legenda mengatakan, siapa pun yang berhasil mencapai lantai ke-100 akan diberikan satu hal — apa pun yang paling diinginkan hatinya. Ratusan petarung, penyihir, pemburu, dan bahkan bangsawan telah mencoba mendaki menara itu. Sebagian kembali gila. Sebagian menghilang. Dan sebagian... menjadi legenda.
read more
Perjalanan Sunyi Goblin: Dari Level-1 Jadi Bos Rahasia
Siapa sangka sesosok goblin yang dikira bodoh itu sejatinya menarik benang merah sistem dunia, melesat mengumpulkan EXP dari balik bayangan, hingga akhirnya segala bug dan cheat yang ia tanam malah membuatnya menjadi sosok yang paling ditakuti—bukan sebagai pahlawan, tetapi sebagai bos rahasia yang tak pernah terlihat oleh pemain lain
read more
Langit dan Luka: Kisah Cinta Dua Dunia
Seorang gadis SMA pintar dan cowok nakal yang tampak tolol—dua dunia yang bertolak belakang. Namun di balik kenakalan si cowok tersembunyi masa lalu kelam dan kejeniusannya yang hilang karena tragedi keluarga. Perjalanan mereka dari benci menjadi cinta penuh dengan konflik, perubahan, dan pengungkapan masa lalu yang mengguncang. Saat keduanya bersatu, mereka tidak hanya menyembuhkan diri sendiri, tapi juga membawa perubahan besar bagi dunia pendidikan.
read more
Kamar 404: Hotel Terlarang
Traveler menyangka hanya ingin bermalam di hotel tua, namun kamar 404 menyimpan rahasia kelam. Setiap malam, ia terperangkap dalam mimpi membunuh—seolah jiwa-jiwa pembunuh berantai yang terperangkap di kamar itu merebut kendali tubuhnya. Seiring malam demi malam berlalu, kekuatan gelap makin mencengkram, dan batas antara mimpi dan kenyataan memudar. Akankah ia berhasil menahan setan-setan ini, atau tubuhnya akan sepenuhnya menjadi milik mereka?
read more
Boneka Penukar Jiwa
Seorang anak menemukan boneka kayu kuno di rumah neneknya yang ternyata berisi roh penjaga kuno era kerajaan, yang melindungi pemiliknya dengan menukar jiwa orang terdekat. Seiring ritual demi ritual gagal dan boneka retak-pecah, seluruh keluarganya satu per satu terancam kehilangan jiwa—hingga akhirnya boneka hancur total pada malam purnama. Namun ketika semua jiwa dikembalikan, tersisa satu kehampaan: siapa yang benar-benar hilang, dan kalau roh kuno kembali bangkit, apakah masa depan mereka masih bisa diselamatkan…?
read more
Asmara Sekolah: Pandangan Pertama yang Mengubah Segalanya
Rangga, siswa baru yang ceria, langsung terpikat pada Ayla, gadis misterius nan pendiam di pojok kelas. Meski Ayla sering bersikap cuek dan jaim, Rangga tak pernah menyerah. Dari sapaan gugup di kantin, catatan hati yang terselip di loker, hingga petualangan kecil di festival buku dan pantai, mereka perlahan membuka hati satu sama lain. Namun, rintangan datang: keraguan Ayla, tekanan ujian nasional, hingga desas-desus teman sekelas. Akankah cinta tulus Rangga menembus dinding malu Ayla dan membawa mereka ke kisah manis abadi?
read more