Bukan Gamon

Chapter 4 : Bayangan yang Tiba-Tiba Hadir

Udara pagi itu lembap oleh sisa hujan semalam. Vira menatap cermin lift dengan tatapan kosong, jemarinya menggenggam erat cangkir kopi hitam yang mulai dingin. Bau citrus tiba-tiba menyergap indra penciumannya, membuat tubuhnya kaku. Parfum yang sama yang biasa dipakai Hamdan. Dadanya berdebar kencang saat menoleh ke samping, hanya untuk menemukan Hadyan berdiri setengah meter di belakangnya dengan pose santai, tangan di saku jaket kulit hitam.

'Kopi jam segini?' suaranya yang dalam dan beresonansi membuat Vira tersentak. Ia tak pernah benar-benar berbicara dengan pria ini selama tiga tahun Hamdan dan dia bersama, hanya sekadar sapaan formal di beberapa acara kampus. Hadyan selalu jadi bayangan senyap di belakang Hamdan, pria tinggi berkacamata dengan senyum tipis yang membuat orang tidak nyaman.

Vira mengangguk kecil, mencoba menekan rasa tidak enak di perutnya. Lift terbuka di lantai 15, tapi sebelum ia melangkah keluar, telinganya menangkap bisikannya: 'Kau tidak boleh minum kopi saat perut kosong.' Ia berbalik dengan cepat, tapi pintu lift sudah menutup, meninggalkan bayangan wajah Hadyan yang samar-samar terpantul di kaca.

Sepanjang pagi, kejadian itu tak bisa hilang dari pikirannya. Apalagi ketika jam 10 pagi, sekotak salad ayam tanpa saus tiba-tiba muncul di mejanya dengan sticky note bertuliskan 'Sarapan' dalam tulisan tajam dan rapi. Tangannya gemetar saat melihat ke sekeliling ruangan, tapi tak ada yang mengaku. Siska yang sedang rapat, Amanda yang sibuk di depan komputer, atau mungkin...

Matanya refleks mencari ke arah ruang meeting di seberang. Melalui kaca tembus pandang, ia melihat siluet tubuh tinggi dengan kemeja putih lengan panjang sedang berbicara dengan manajer mereka. Hadyan. Kenapa dia ada di sini? Bukankah dia bekerja di perusahaan konsultan di seberang kota?

Jam makan siang menjadi lebih aneh. Saat Vira antre di kantin, tubuh tinggi itu tiba-tiba berdiri di belakangnya—terlalu dekat sehingga ia bisa mencium aroma kayu dan vanilla dari parfumnya. 'Kau harus mencoba ikan bakar mereka hari ini,' bisiknya tepat di atas telinga Vira. Nafasnya tersangkut. 'Dagingnya lebih empuk dari yang kemarin.'

Vira berbalik dengan wajah memerah, tapi Hadyan sudah menghilang di kerumunan. Bagaimana dia tahu Vira kemarin makan ikan bakar? Apakah dia memantaunya? Atau ini hanya kebetulan?

Sepulang kerja, hujan mulai turun lagi. Vira berdiri di halte bus nomor 12—tempat yang sama dimana ia pertama kali bertemu Hamdan—ketika sebuah payung hitam besar tiba-tiba menaunginya. 'Kau akan masuk angin,' suara itu lagi. Ia tak perlu menoleh untuk tahu siapa yang berdiri di belakangnya.

'Aku tidak butuh bantuanmu,' gumam Vira dengan suara serak.

Hadyan mengeluarkan suara tawa pendek. 'Kau masih sama keras kepalanya seperti dulu.'

Mata Vira membelalak. 'Apa maksudmu?'

Pria itu hanya tersenyum samar sebelum melangkah mundur. 'Nanti kau tahu.' Payungnya menghilang di balik kabut hujan, meninggalkan Vira basah kuyup dan bingung. Kenapa sekarang? Kenapa setelah semua yang terjadi dengan Hamdan?

Malam itu, telepon bergetar di bawah bantalnya. Bukan Hamdan, tapi nomor tak dikenal. Saat diangkat, hanya nafas berat yang terdengar selama sepuluh detik sebelum nada putus. Vira segera mengecek lokasi nomor tersebut—area itu hanya berjarak dua kilometer dari kosnya. Tangannya menggenggam erat kaos bekas Hamdan yang masih tersimpan di bawah bantal, pertanyaan-pertanyaan berputar kencang di kepalanya.

Hari-hari berikutnya, Hadyan muncul di tempat-tempat tak terduga. Di minimarket saat Vira beli mi instan tengah malam. Di apotek saat ia membeli obat pusing. Bahkan suatu sore ia melihat siluet pria itu berdiri di seberang jalan saat ia berkunjung ke makam ibunya. Setiap kali Vira mencoba menghadapinya, Hadyan selalu menghilang seperti asap, meninggalkan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban.

Puncaknya terjadi Jumat malam saat Vira pulang lembur. Lampu jalan di parkiran kantor mati ketika ia mendengar langkah kaki berat di belakangnya. Dengan napas tersengal, ia berlari kecil menuju mobil—hanya untuk menemukan secangkir coklat panas di atas kap mesin dengan catatan: 'Batukmu semakin parah. Ini akan membantu.'

Tubuhnya gemetar. Bagaimana dia tahu Vira sedang batuk? Sudah berapa lama dia mengawasinya? Dan yang paling penting—apa yang sebenarnya diinginkan mantan sahabat Hamdan ini darinya?

Hot Novel

Check Out Novel Terbaru

View All

Bukan Untuk Kita Bertiga

Rani, Dira, dan Aldo bersahabat sejak kuliah. Namun semuanya mulai berubah saat Rani diam-diam jatuh cinta pada Aldo, yang ternyata memiliki perasaan pada Dira. Dira, yang menyadari hal itu, mencoba menjauh demi menjaga persahabatan mereka, tapi justru menyebabkan konflik batin yang lebih besar. Kisah ini menggambarkan cinta yang tidak bisa dimiliki tanpa menghancurkan sesuatu yang lain.

read more

Bukan Gamon

Vira baru saja putus dari Hamdan dan merasa dunia runtuh. Ia gagal move on, hingga Hadnyan—teman mantan yang dikenal cuek dan introvert—tiba-tiba muncul dalam hidupnya. Sifat Hadnyan yang suka jahil tapi tidak pernah benar-benar hadir membuat Vira bimbang: nyaman, tapi terluka. Siklus hadir-menghilang Hadnyan membuat Vira kelelahan secara emosional, hingga akhirnya ia memutuskan untuk pergi. Namun, Hadnyan yang selama ini diam mulai berubah. Perasaan mulai jujur disampaikan, luka mulai diobati.

read more

Now You’re My Favorite Hello

Aisha, siswi baru di SMA, terjebak dalam dinamika hati antara Rian—sahabat sekaligus cinta pertamanya—dan sang kakak kelas misterius yang selalu menyapanya dengan hangat. Saat proyek, lomba, dan momen-momen tak terduga mempererat mereka, pilihan sulit menanti di akhir. Di malam purnama terakhir sebelum keputusan terungkap, hati Aisha bergetar: akankah ia memilih kenyamanan bersama Rian, atau keberanian merespons sapaan hangat sang kakak kelas? perjalanan mereka berujung pada satu momen yang menentukan segalanya…

read more

Menara Seratus.

Di tengah dunia yang diliputi kabut dan keputusasaan, berdiri sebuah menara raksasa yang menjulang hingga menembus awan: Menara Seratus. Tidak ada yang tahu siapa yang membangunnya, atau apa yang tersembunyi di lantai teratasnya. Tapi legenda mengatakan, siapa pun yang berhasil mencapai lantai ke-100 akan diberikan satu hal — apa pun yang paling diinginkan hatinya. Ratusan petarung, penyihir, pemburu, dan bahkan bangsawan telah mencoba mendaki menara itu. Sebagian kembali gila. Sebagian menghilang. Dan sebagian... menjadi legenda.

read more

Perjalanan Sunyi Goblin: Dari Level-1 Jadi Bos Rahasia

Siapa sangka sesosok goblin yang dikira bodoh itu sejatinya menarik benang merah sistem dunia, melesat mengumpulkan EXP dari balik bayangan, hingga akhirnya segala bug dan cheat yang ia tanam malah membuatnya menjadi sosok yang paling ditakuti—bukan sebagai pahlawan, tetapi sebagai bos rahasia yang tak pernah terlihat oleh pemain lain

read more

Langit dan Luka: Kisah Cinta Dua Dunia

Seorang gadis SMA pintar dan cowok nakal yang tampak tolol—dua dunia yang bertolak belakang. Namun di balik kenakalan si cowok tersembunyi masa lalu kelam dan kejeniusannya yang hilang karena tragedi keluarga. Perjalanan mereka dari benci menjadi cinta penuh dengan konflik, perubahan, dan pengungkapan masa lalu yang mengguncang. Saat keduanya bersatu, mereka tidak hanya menyembuhkan diri sendiri, tapi juga membawa perubahan besar bagi dunia pendidikan.

read more

Kamar 404: Hotel Terlarang

Traveler menyangka hanya ingin bermalam di hotel tua, namun kamar 404 menyimpan rahasia kelam. Setiap malam, ia terperangkap dalam mimpi membunuh—seolah jiwa-jiwa pembunuh berantai yang terperangkap di kamar itu merebut kendali tubuhnya. Seiring malam demi malam berlalu, kekuatan gelap makin mencengkram, dan batas antara mimpi dan kenyataan memudar. Akankah ia berhasil menahan setan-setan ini, atau tubuhnya akan sepenuhnya menjadi milik mereka?

read more

Boneka Penukar Jiwa

Seorang anak menemukan boneka kayu kuno di rumah neneknya yang ternyata berisi roh penjaga kuno era kerajaan, yang melindungi pemiliknya dengan menukar jiwa orang terdekat. Seiring ritual demi ritual gagal dan boneka retak-pecah, seluruh keluarganya satu per satu terancam kehilangan jiwa—hingga akhirnya boneka hancur total pada malam purnama. Namun ketika semua jiwa dikembalikan, tersisa satu kehampaan: siapa yang benar-benar hilang, dan kalau roh kuno kembali bangkit, apakah masa depan mereka masih bisa diselamatkan…?

read more

Asmara Sekolah: Pandangan Pertama yang Mengubah Segalanya

Rangga, siswa baru yang ceria, langsung terpikat pada Ayla, gadis misterius nan pendiam di pojok kelas. Meski Ayla sering bersikap cuek dan jaim, Rangga tak pernah menyerah. Dari sapaan gugup di kantin, catatan hati yang terselip di loker, hingga petualangan kecil di festival buku dan pantai, mereka perlahan membuka hati satu sama lain. Namun, rintangan datang: keraguan Ayla, tekanan ujian nasional, hingga desas-desus teman sekelas. Akankah cinta tulus Rangga menembus dinding malu Ayla dan membawa mereka ke kisah manis abadi?

read more