Kenangan Dira
Chapter 3 : Ujian Kehidupan
Waktu terus berjalan, dan kebahagiaan yang dirasakan oleh keluarga kecil ini mulai terguncang oleh sebuah kabar yang mengubah segalanya. Pada suatu pagi yang tampaknya biasa, ayah Dira tiba-tiba merasakan kelemahan pada salah satu sisi tubuhnya. Gerakannya menjadi lamban, dan kata-katanya mulai sulit dipahami. Dengan cepat, mereka memutuskan untuk pergi ke rumah sakit.
Setelah serangkaian pemeriksaan, dokter memberikan vonis yang menghancurkan hati mereka: ayah Dira terkena stroke. Berita itu seperti petir di siang bolong, menghancurkan kedamaian yang selama ini mereka rasakan. Sang ibu mencoba tetap tegar, meski hatinya hancur berkeping-keping melihat suami tercintanya dalam kondisi seperti itu.
Ayah Dira kini harus berjuang dengan kondisi yang baru. Tangannya yang dulu kuat menggendong Dira kini tidak lagi mampu melakukan tugas sederhana itu. Setiap kali ia melihat Dira tersenyum, hatinya dipenuhi dengan rasa sakit dan kesedihan. Ia merasa tidak berdaya, tidak bisa memberikan pelukan dan kehangatan yang dulu selalu ia berikan. Perasaan bersalah dan kecewa pada dirinya sendiri mulai tumbuh, menciptakan jurang gelap yang semakin dalam di hatinya.
Setiap kali Dira meraih ke arahnya, berharap digendong dan dipeluk, sang ayah hanya bisa menatap dengan mata berkaca-kaca. Ia merindukan momen-momen sederhana seperti itu, momen yang kini terasa begitu jauh dari jangkauannya. Setiap kali Dira menangis, ia ingin sekali bisa menghiburnya, namun kondisi fisiknya membuatnya tidak berdaya. Rasa frustrasi dan putus asa mulai menguasai pikirannya, membuatnya semakin terpuruk.
Depresi mulai mengambil alih kehidupannya. Ayah Dira yang dulu selalu penuh semangat dan ceria kini seringkali terdiam, tenggelam dalam pikiran-pikiran negatif. Ia merasa seperti beban bagi keluarganya, merasa tidak lagi berguna. Malam-malamnya dihabiskan dengan terjaga, memikirkan masa depan yang terasa begitu suram. Ia merindukan saat-saat di mana ia bisa bermain dengan Dira, mendengar tawa riangnya, dan merasakan kebahagiaan sederhana sebagai seorang ayah.
Di sisi lain, sang ibu berusaha sekuat tenaga untuk menjaga keluarganya tetap utuh. Ia tahu bahwa suaminya sedang berjuang melawan perasaan yang sangat berat, dan ia berusaha memberikan dukungan terbaik yang ia bisa. Meski hatinya juga terluka, ia berusaha tersenyum dan memberikan semangat kepada suaminya. Ia berharap bisa menjadi cahaya dalam kegelapan yang dirasakan suaminya, meski seringkali ia merasa tidak cukup kuat.
Dira, yang masih terlalu kecil untuk mengerti, tetap menjadi sumber kebahagiaan bagi kedua orang tuanya. Senyum dan tawa Dira adalah pengingat akan keindahan hidup, meski dalam kondisi yang sulit. Setiap kali Dira tertawa, kedua orang tuanya merasakan harapan kecil bahwa suatu hari nanti semuanya akan membaik.
Namun, kenyataan tetaplah kenyataan. Sang ayah harus menjalani terapi dan perawatan yang panjang untuk bisa pulih, dan meski proses itu berat, mereka tahu bahwa mereka harus melalui ini bersama-sama. Dukungan dan cinta dari keluarganya menjadi pijakan bagi sang ayah untuk mencoba bangkit dari keterpurukan.
Di tengah kesulitan yang mereka hadapi, keluarga ini belajar untuk saling menguatkan. Mereka tahu bahwa meski hidup tidak selalu mudah, kebersamaan dan cinta adalah hal yang terpenting. Dan dengan setiap langkah kecil yang diambil ayah Dira menuju pemulihan, mereka menemukan kekuatan baru untuk menghadapi hari esok.
Malam itu, setelah Dira tertidur lelap, sang ibu duduk di samping suaminya, menggenggam tangannya dengan erat. "Kita akan melalui ini bersama," bisiknya lembut. Suaminya menatapnya dengan mata yang masih penuh kesedihan, namun dalam hatinya, ia merasakan kehangatan cinta yang tak pernah padam. Mereka tahu bahwa jalan di depan masih panjang, tetapi mereka siap untuk berjalan bersama, menghadapinya dengan hati yang penuh harapan.
 
																			 
																			Si Bodoh yang Jenius
Jojo, cowok pintar yang sombong, awalnya menertawakan Maria, siswi baru cantik keturunan Chinese yang bodoh dalam pelajaran. Namun setelah dipasangkan untuk belajar bersama, Jojo perlahan kagum dengan kerja keras Maria. Maria yang dulunya selalu gagal, kini semakin berkembang berkat bimbingan Jojo. Senyuman dan semangat Maria membuat hati Jojo goyah. Semakin lama, Maria tidak hanya belajar dengan baik, tapi juga menanjak pesat hingga membuat Jojo terancam. Dari hubungan guru–murid kecil-kecilan, hubungan mereka berkembang menjadi persahabatan hangat yang penuh ketegangan batin karena persaingan.
read more 
																			Lolongan Terakhir di Hutan Kelam
Di sebuah desa terpencil dekat hutan, serangkaian kematian brutal terjadi. Hewan ternak dan manusia ditemukan tewas dengan tubuh tercabik. Arman, seorang pemuda desa, mulai menemukan bahwa keluarganya terikat kutukan manusia serigala. Saat ayahnya berubah menjadi monster, rahasia kelam keluarga terkuak. Arman harus melawan bukan hanya ayahnya, tapi juga roh serigala purba yang berusaha mengambil alih tubuhnya. Dengan pisau bulan, ia berusaha menghentikan kutukan, namun setiap langkah justru menyeretnya semakin dalam ke dalam kegelapan.
read more 
																			Sehabis Mencintai, Aku Belajar Melepaskan
Kisah Rania bermula dari cinta yang begitu dalam, namun meninggalkan luka yang menghancurkan. Ia berusaha bangkit di tengah kebingungan, dihadapkan pada pilihan antara Adi—cinta lama yang kembali meminta kesempatan—dan Damar, sahabat yang tulus namun diam-diam mencintainya. Di perjalanan, Rania menemukan bahwa hidup bukan hanya tentang bertahan pada kenangan, tapi juga berani membuka pintu baru. Apakah Rania akan memilih cinta yang pernah menyakitinya, atau cinta baru yang penuh ketenangan?
read more 
																			Primadona Mengejar Pecundang
Dita, primadona dan peringkat pertama SMA Permata Kasih, awalnya menganggap Zeno sebagai siswa bodoh tak berguna. Namun saat melihat keteguhan dan potensi tersembunyi Zeno, ia justru berbalik jatuh hati dan bertekad membimbingnya. Tak disangka, Zeno bukan hanya menyusulnya, tapi mengalahkannya—baik dalam pelajaran, maupun dalam permainan perasaan......
read more 
																			 
																			 
																			