Menara Seratus.
Chapter 3 : Ruang yang Menggigit Ingatan
Tangga ke lantai dua bukan lagi struktur kayu atau batu, tetapi untaian otot mengkerut yang mengeluarkan cairan fibrin saat terinjak. Setiap langkah membuat Ravi menggigil—spiral di telapak tangannya sekarang berpendar seperti kompas gila, menariknya ke dua arah berlawanan sekaligus.
Udara di sini berbau seperti formaldehida dan madu busuk. Dinding-dindingnya tertutup kertas dinding yang ternyata adalah lapisan kulit manusia bertato simbol-simbol tak dikenal, masih segar dan lembap. Lira menyentuh salah satu simbol, tiba-tiba terhuyung sambil memegang pelipisnya. "Aku...aku mendengar suaranya. Mereka sedang menguliti adikku di ruangan sebelah..."
Sekelompok bayangan berlari melintasi ujung lorong—figur anak-anak tanpa wajah yang menarik ekor makhluk mirip landsnail raksasa. Ravi mengejar secara naluriah, tapi saat memutar sudut, ia terlempar ke dalam kilasan ingatan:
Laboratorium bawah tanah. Perempuan berambut perak itu sedang diikat ke kursi besi oleh pria bertopeng gas. Ravi kecil—berusia mungkin tujuh tahun—berteriak dari balik kaca observasi. Tangan sang perempuan mengeluarkan sinar spiral sama persis seperti lukanya sekarang. "Lari, Sayang! Jangan biarkan mereka—"
Kesadarannya kembali saat wajahnya sudah menempel di lantai berlendir. Lira sedang berlutut di sampingnya, mata hijauannya bersinar dalam gelap. "Kau melihat sesuatu tentang dia, bukan? Perempuan itu ada di ingatanmu." Tali busurnya mengencang sendiri, seolah hidup.
Sebelum Ravi sempat menjawab, seluruh koridor mulai berputar seperti mixer raksasa. Potongan-potongan kulit bertato terlepas dan membentuk kubus Rubik terapung, setiap sisinya menampilkan adegan berbeda dari masa lalu mereka. Di salah satu sisi, Ravi melihat dirinya sendiri yang masih kecil sedang diikat ke meja yang sama dengan perempuan berambut perak, spiral dari tangan mereka menyatu menjadi portal mini yang memuntahkan... sesuatu.
Lira menarik panah khusus dari quiver—ujungnya berkilau dengan kristal biru. "Kita harus menghancurkan alat proyeksi ini," teriaknya di tengah deru angin psikedelik. "Ini menghisap ingatan kita untuk memberi makan menara!"
Tapi saat panah itu melesat, seluruh ruangan tiba-tiba membeku. Kubus Rubik berubah menjadi cermin retak, dan di balik pecahan-pecahannya, Ravi melihat pantulan perempuan berambut perak itu sedang tersenyum sedih, jarinya menunjuk ke atas—ke lantai tiga.
Si Bodoh yang Jenius
Jojo, cowok pintar yang sombong, awalnya menertawakan Maria, siswi baru cantik keturunan Chinese yang bodoh dalam pelajaran. Namun setelah dipasangkan untuk belajar bersama, Jojo perlahan kagum dengan kerja keras Maria. Maria yang dulunya selalu gagal, kini semakin berkembang berkat bimbingan Jojo. Senyuman dan semangat Maria membuat hati Jojo goyah. Semakin lama, Maria tidak hanya belajar dengan baik, tapi juga menanjak pesat hingga membuat Jojo terancam. Dari hubungan guru–murid kecil-kecilan, hubungan mereka berkembang menjadi persahabatan hangat yang penuh ketegangan batin karena persaingan.
read more
Lolongan Terakhir di Hutan Kelam
Di sebuah desa terpencil dekat hutan, serangkaian kematian brutal terjadi. Hewan ternak dan manusia ditemukan tewas dengan tubuh tercabik. Arman, seorang pemuda desa, mulai menemukan bahwa keluarganya terikat kutukan manusia serigala. Saat ayahnya berubah menjadi monster, rahasia kelam keluarga terkuak. Arman harus melawan bukan hanya ayahnya, tapi juga roh serigala purba yang berusaha mengambil alih tubuhnya. Dengan pisau bulan, ia berusaha menghentikan kutukan, namun setiap langkah justru menyeretnya semakin dalam ke dalam kegelapan.
read more
Sehabis Mencintai, Aku Belajar Melepaskan
Kisah Rania bermula dari cinta yang begitu dalam, namun meninggalkan luka yang menghancurkan. Ia berusaha bangkit di tengah kebingungan, dihadapkan pada pilihan antara Adi—cinta lama yang kembali meminta kesempatan—dan Damar, sahabat yang tulus namun diam-diam mencintainya. Di perjalanan, Rania menemukan bahwa hidup bukan hanya tentang bertahan pada kenangan, tapi juga berani membuka pintu baru. Apakah Rania akan memilih cinta yang pernah menyakitinya, atau cinta baru yang penuh ketenangan?
read more
Primadona Mengejar Pecundang
Dita, primadona dan peringkat pertama SMA Permata Kasih, awalnya menganggap Zeno sebagai siswa bodoh tak berguna. Namun saat melihat keteguhan dan potensi tersembunyi Zeno, ia justru berbalik jatuh hati dan bertekad membimbingnya. Tak disangka, Zeno bukan hanya menyusulnya, tapi mengalahkannya—baik dalam pelajaran, maupun dalam permainan perasaan......
read more