Pertemanan di Sekolah

Chapter 5 : Tawa dan Canda Tanpa Batas

Waktu berlalu, dan keakraban antara Elanie, Amanila, Zizah, dan Rara semakin erat. Mereka bukan hanya sekadar teman sekolah, tetapi telah menjadi sahabat sejati yang saling memahami dan mendukung satu sama lain. Canda dan tawa selalu menghiasi hari-hari mereka, membuat suasana sekolah yang terkadang membosankan menjadi lebih menyenangkan.


Di kelas, mereka sering duduk bersama, saling mencandai dengan gurauan-gurauan yang terkadang konyol tetapi selalu berhasil membuat mereka tertawa terbahak-bahak. Guru-guru sudah terbiasa dengan kehebohan kecil yang mereka buat, asalkan tidak mengganggu proses belajar mengajar.


Suatu hari saat istirahat, mereka berkumpul di kantin. Seperti biasa, tawa mereka mengisi sudut ruangan. Zizah, yang terkenal dengan selera humornya, mulai membuka percakapan dengan candaan yang membuat semua orang tertawa.


"Kalian tahu nggak, kenapa ayam menyeberang jalan?" tanya Zizah sambil menahan tawa.


"Kenapa tuh?" sahut Amanila penasaran.


"Karena dia mau ke warung sebelah, katanya di sana jualan ayam geprek yang enak!" jawab Zizah sambil tertawa lepas.


Mereka semua tertawa terbahak-bahak, meskipun candaan itu sudah sering mereka dengar. Suasana kebersamaan dan keakraban yang membuat candaan sederhana menjadi sangat lucu dan menghibur.


Di lain waktu, candaan mereka bahkan menyentuh hal-hal yang lebih pribadi, tetapi tidak ada yang merasa tersinggung karena mereka tahu bahwa semuanya hanya untuk bersenang-senang dan tidak ada maksud buruk.


Suatu sore, mereka berkumpul di rumah Rara untuk belajar bersama. Di sela-sela belajar, tawa dan canda selalu mengisi ruangan.


"Hei, Elanie, kamu lagi naksir siapa sih di sekolah ini?" tanya Amanila tiba-tiba, membuat Elanie sedikit terkejut tetapi kemudian tersenyum.


"Rahasia dong!" jawab Elanie dengan mata yang berkilat nakal.


"Ah, ayolah! Kita kan sahabat. Pasti seru kalau kita tahu," desak Zizah sambil tertawa.


"Ya, ya, siapa tahu kita bisa bantuin kamu dapetin dia," tambah Rara sambil mengedipkan mata.


Elanie akhirnya menyerah dan berkata, "Oke, tapi jangan bilang siapa-siapa ya. Aku lagi suka sama Bima dari kelas sebelah."


Mereka semua bersorak dan tertawa. "Bima yang mana tuh? Bima yang jago main basket itu?" tanya Rara.


Elanie mengangguk dengan pipi yang memerah. "Iya, yang itu."


"Aduh, Elanie! Kamu bikin kita jadi penasaran nih. Nanti kita bantuin kamu deketin dia," ujar Amanila dengan semangat.


Selain bercanda tentang perasaan dan kehidupan pribadi, mereka juga saling mengejek dengan cara yang lucu dan tidak menyakitkan. Suatu hari, saat sedang istirahat di taman sekolah, Zizah mulai menggoda Amanila.


"Amanila, kamu tuh ya, kalau lagi makan selalu kayak nggak ada hari esok," katanya sambil tertawa.


Amanila langsung membalas dengan senyum lebar. "Emang, soalnya makanan enak itu harus dinikmati maksimal. Beda sama kamu yang makannya kayak burung, secuil-secuil."


Mereka semua tertawa terbahak-bahak, tidak ada yang merasa tersinggung karena mereka tahu bahwa itu semua hanya candaan.


Kebersamaan mereka dipenuhi dengan momen-momen seperti ini, di mana candaan-candaan yang kadang privasi tidak pernah mengganggu keharmonisan mereka. Justru, hal itu membuat persahabatan mereka semakin kuat dan mendalam. Mereka saling memahami bahwa di balik candaan tersebut, ada rasa saling menghargai dan menyayangi.


Di tengah canda dan tawa, mereka juga saling memberikan dukungan dan semangat. Ketika salah satu dari mereka merasa sedih atau menghadapi masalah, yang lain selalu siap untuk memberikan pelukan hangat dan kata-kata penghiburan.


Elanie merasa sangat bersyukur memiliki sahabat-sahabat seperti Amanila, Zizah, dan Rara. Mereka tidak hanya teman sekolah, tetapi sudah menjadi bagian penting dalam hidupnya. Setiap hari adalah petualangan baru yang penuh dengan tawa dan canda yang tak terlupakan. Persahabatan mereka adalah harta yang tak ternilai, dan Elanie berjanji untuk selalu menjaga dan menghargainya.

Hot Novel

Check Out Novel Terbaru

View All

Si Bodoh yang Jenius

Jojo, cowok pintar yang sombong, awalnya menertawakan Maria, siswi baru cantik keturunan Chinese yang bodoh dalam pelajaran. Namun setelah dipasangkan untuk belajar bersama, Jojo perlahan kagum dengan kerja keras Maria. Maria yang dulunya selalu gagal, kini semakin berkembang berkat bimbingan Jojo. Senyuman dan semangat Maria membuat hati Jojo goyah. Semakin lama, Maria tidak hanya belajar dengan baik, tapi juga menanjak pesat hingga membuat Jojo terancam. Dari hubungan guru–murid kecil-kecilan, hubungan mereka berkembang menjadi persahabatan hangat yang penuh ketegangan batin karena persaingan.

read more

Lolongan Terakhir di Hutan Kelam

Di sebuah desa terpencil dekat hutan, serangkaian kematian brutal terjadi. Hewan ternak dan manusia ditemukan tewas dengan tubuh tercabik. Arman, seorang pemuda desa, mulai menemukan bahwa keluarganya terikat kutukan manusia serigala. Saat ayahnya berubah menjadi monster, rahasia kelam keluarga terkuak. Arman harus melawan bukan hanya ayahnya, tapi juga roh serigala purba yang berusaha mengambil alih tubuhnya. Dengan pisau bulan, ia berusaha menghentikan kutukan, namun setiap langkah justru menyeretnya semakin dalam ke dalam kegelapan.

read more

Sehabis Mencintai, Aku Belajar Melepaskan

Kisah Rania bermula dari cinta yang begitu dalam, namun meninggalkan luka yang menghancurkan. Ia berusaha bangkit di tengah kebingungan, dihadapkan pada pilihan antara Adi—cinta lama yang kembali meminta kesempatan—dan Damar, sahabat yang tulus namun diam-diam mencintainya. Di perjalanan, Rania menemukan bahwa hidup bukan hanya tentang bertahan pada kenangan, tapi juga berani membuka pintu baru. Apakah Rania akan memilih cinta yang pernah menyakitinya, atau cinta baru yang penuh ketenangan?

read more

Kucing

kucing menjadi harimau

read more

hello

berubah mentality kucing

read more

30 menit

Novel ini menceritakan pengandaian dari rani jika saja 30 menitnya lebih baik

read more

Primadona Mengejar Pecundang

Dita, primadona dan peringkat pertama SMA Permata Kasih, awalnya menganggap Zeno sebagai siswa bodoh tak berguna. Namun saat melihat keteguhan dan potensi tersembunyi Zeno, ia justru berbalik jatuh hati dan bertekad membimbingnya. Tak disangka, Zeno bukan hanya menyusulnya, tapi mengalahkannya—baik dalam pelajaran, maupun dalam permainan perasaan......

read more