ketakutan akan kematian
Chapter 1 : Ketakutan dan Kegelisahan Alena
Alena duduk di tepi jendela kamarnya, menatap keluar ke halaman yang diselimuti kabut pagi. Pikirannya berkecamuk, dipenuhi oleh bayangan-bayangan yang tak jelas namun mengganggu. Dia merasakan ketakutan yang semakin menguat, ketakutan akan hal-hal yang belum terjadi tetapi seolah sudah menghadang di depan mata. Pagi itu, dia merasa sangat kecil dan rapuh, seolah dunia terlalu besar dan terlalu keras untuk dihadapinya. Dia mencoba menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri, tetapi sepertinya tidak ada yang bisa mengusir kegelisahan yang menggerogoti hatinya. Dia mulai memikirkan berbagai skenario terburuk yang mungkin terjadi di masa depan: kegagalan dalam pekerjaan, kehilangan orang yang dicintai, dan bahkan kematian. Pikirannya melayang pada kematian, sesuatu yang selalu membuatnya merasa ngeri. Dia bertanya-tanya bagaimana orang lain bisa menerima kenyataan itu dengan begitu tenang, sementara dia sendiri merasa ketakutan setiap kali memikirkannya. Alena mencoba mengalihkan pikirannya dengan melakukan aktivitas sehari-hari. Dia menyiapkan sarapan, mengecek email, dan mencoba fokus pada tugas-tugas yang harus diselesaikan. Namun, kegelisahan itu tetap ada, seperti bayangan yang terus mengikuti ke mana pun dia pergi. Dia merasa seperti terjebak dalam lingkaran ketakutan yang tak berujung. Di tengah kebingungannya, Alena teringat pada sebuah buku yang pernah dibacanya tentang cara mengatasi ketakutan. Dia mencoba mengingat kembali langkah-langkah yang disarankan dalam buku itu, seperti memahami akar ketakutannya dan menghadapinya secara langsung. Dia pun mencoba menuliskan semua ketakutannya di sebuah buku catatan, mencoba mengurai benang kusut di dalam pikirannya. Proses itu tidak mudah, tetapi sedikit demi sedikit, Alena mulai merasa lebih tenang. Dia menyadari bahwa ketakutannya, meski nyata, belum tentu akan terjadi. Dia belajar untuk tidak membiarkan ketakutan itu mengendalikan hidupnya. Akhirnya, dengan tekad yang kuat, Alena memutuskan untuk melawan ketakutannya, satu langkah kecil pada satu waktu.
 
																			 
																			Si Bodoh yang Jenius
Jojo, cowok pintar yang sombong, awalnya menertawakan Maria, siswi baru cantik keturunan Chinese yang bodoh dalam pelajaran. Namun setelah dipasangkan untuk belajar bersama, Jojo perlahan kagum dengan kerja keras Maria. Maria yang dulunya selalu gagal, kini semakin berkembang berkat bimbingan Jojo. Senyuman dan semangat Maria membuat hati Jojo goyah. Semakin lama, Maria tidak hanya belajar dengan baik, tapi juga menanjak pesat hingga membuat Jojo terancam. Dari hubungan guru–murid kecil-kecilan, hubungan mereka berkembang menjadi persahabatan hangat yang penuh ketegangan batin karena persaingan.
read more 
																			Lolongan Terakhir di Hutan Kelam
Di sebuah desa terpencil dekat hutan, serangkaian kematian brutal terjadi. Hewan ternak dan manusia ditemukan tewas dengan tubuh tercabik. Arman, seorang pemuda desa, mulai menemukan bahwa keluarganya terikat kutukan manusia serigala. Saat ayahnya berubah menjadi monster, rahasia kelam keluarga terkuak. Arman harus melawan bukan hanya ayahnya, tapi juga roh serigala purba yang berusaha mengambil alih tubuhnya. Dengan pisau bulan, ia berusaha menghentikan kutukan, namun setiap langkah justru menyeretnya semakin dalam ke dalam kegelapan.
read more 
																			Sehabis Mencintai, Aku Belajar Melepaskan
Kisah Rania bermula dari cinta yang begitu dalam, namun meninggalkan luka yang menghancurkan. Ia berusaha bangkit di tengah kebingungan, dihadapkan pada pilihan antara Adi—cinta lama yang kembali meminta kesempatan—dan Damar, sahabat yang tulus namun diam-diam mencintainya. Di perjalanan, Rania menemukan bahwa hidup bukan hanya tentang bertahan pada kenangan, tapi juga berani membuka pintu baru. Apakah Rania akan memilih cinta yang pernah menyakitinya, atau cinta baru yang penuh ketenangan?
read more 
																			Primadona Mengejar Pecundang
Dita, primadona dan peringkat pertama SMA Permata Kasih, awalnya menganggap Zeno sebagai siswa bodoh tak berguna. Namun saat melihat keteguhan dan potensi tersembunyi Zeno, ia justru berbalik jatuh hati dan bertekad membimbingnya. Tak disangka, Zeno bukan hanya menyusulnya, tapi mengalahkannya—baik dalam pelajaran, maupun dalam permainan perasaan......
read more 
																			 
																			 
																			