Sehabis Mencintai, Aku Belajar Melepaskan
Chapter 4 : Kekaguman di Antara Rembulan
Malam itu, perpustakaan sepi seperti biasanya. Rania menaiki tangga marmer dengan langkah gembira, tas kulitnya yang sudah usang berisi dua cangkir kopi hangat dan buku puisi Neruda yang baru saja dipinjamnya. AC sentral sedang mati, membuat udara lembap bulan April tergantung manis di koridor. Dari kejauhan, dia sudah melihat bayangan rambut ikal Adi yang terkena cahaya lampu tembaga di balkon lantai tiga.
Adi sedang bersandar di pagar besi tua, matanya menatap rembulan yang baru saja muncul di antara awan. Lengan kemeja kotak-kotaknya tergulung tidak rata, menunjukkan bekas oli motor di lengan bawah—peninggalan dari shift paginya di bengkel. "Kau datang," ujarnya tanpa menoleh, seolah sudah mengenal langkah kaki Rania dari dentingan sepatunya di lantai. "Aku membawa sesuatu untukmu."
Di atas meja kayu yang penuh coretan, ada sebuah buku catatan kulit berwarna cognac. Ketika Rania membukanya, halaman-halamannya dipenuhi tulisan tangan Adi yang rapi seperti dokter resep—miring tapi teratur. Catatan tentang buku-buku yang pernah mereka bahas, kutipan-kutipan favorit, bahkan sketsa kecil sudut perpustakaan tempat mereka biasa duduk. "Semangatmu... itu yang membuatku terus menulis," bisik Adi, jarinya gemetar menelusuri tepi halaman. "Cara kau melompat dari satu topik ke topik lain, matamu yang bersinar seperti anak kecil dapat mainan baru setiap kali menemukan ide... Aku tak pernah bertemu orang sepertimu."
Rania menelan ludah. Di bawah cahaya bulan yang pucat, dia melihat butiran keringat di pelipis Adi, bercampur dengan aroma citrus sabun mandinya yang sederhana. Dari speaker portable kecil di sudut, Miles Davis mengalun pelan—"Blue in Green"—sebuah kaset usang yang Adi bawa dari koleksinya. "Minggu lalu kau bilang suara klarinet itu seperti hujan di atap seng," Adi tersenyum kecil. "Sejak itu aku tidak bisa mendengarnya dengan cara lain."
Mereka berdiri begitu dekat sampai Rania bisa menghitung freckle di pangkal leher Adi. Angin malam membawa wangi melati dari taman bawah, bercampur dengan aroma kopi yang mulai dingin. Jari Adi yang biasanya lincah membalik halaman buku sekarang terlihat ragu-ragu, menyentuh punggung tangan Rania seperti takut akan pecah. "Setiap malam sebelum tidur, aku mencatat hal-hal yang kau katakan," pengakuannya pecah di antara dentuman jantung mereka berdua. "Kau membuatku ingin... menjadi lebih baik."
Di kejauhan, lonceng kampus berbunyi mengiringi tembang saxophone. Rania mencondongkan tubuh, dahinya menyentuh bahu Adi yang tegang. Di antara halaman-halaman buku catatan itu, dia menemukan sebuah puisi tentang matahari terbit di antara rak buku—sebuah metafora yang jelas merujuk padanya. Tanpa kata-kata, tangannya menemukan tangan Adi, jari-jari mereka saling mengisi celah seperti puzzle yang sempurna. Paduan suara jangkrik dan alunan jazz tua menjadi saksi bisu momen ketika dua jiwa yang terluka mulai menemukan potongan diri mereka yang hilang di dalam satu sama lain.


Si Bodoh yang Jenius
Jojo, cowok pintar yang sombong, awalnya menertawakan Maria, siswi baru cantik keturunan Chinese yang bodoh dalam pelajaran. Namun setelah dipasangkan untuk belajar bersama, Jojo perlahan kagum dengan kerja keras Maria. Maria yang dulunya selalu gagal, kini semakin berkembang berkat bimbingan Jojo. Senyuman dan semangat Maria membuat hati Jojo goyah. Semakin lama, Maria tidak hanya belajar dengan baik, tapi juga menanjak pesat hingga membuat Jojo terancam. Dari hubungan guru–murid kecil-kecilan, hubungan mereka berkembang menjadi persahabatan hangat yang penuh ketegangan batin karena persaingan.
read more
Lolongan Terakhir di Hutan Kelam
Di sebuah desa terpencil dekat hutan, serangkaian kematian brutal terjadi. Hewan ternak dan manusia ditemukan tewas dengan tubuh tercabik. Arman, seorang pemuda desa, mulai menemukan bahwa keluarganya terikat kutukan manusia serigala. Saat ayahnya berubah menjadi monster, rahasia kelam keluarga terkuak. Arman harus melawan bukan hanya ayahnya, tapi juga roh serigala purba yang berusaha mengambil alih tubuhnya. Dengan pisau bulan, ia berusaha menghentikan kutukan, namun setiap langkah justru menyeretnya semakin dalam ke dalam kegelapan.
read more
Sehabis Mencintai, Aku Belajar Melepaskan
Kisah Rania bermula dari cinta yang begitu dalam, namun meninggalkan luka yang menghancurkan. Ia berusaha bangkit di tengah kebingungan, dihadapkan pada pilihan antara Adi—cinta lama yang kembali meminta kesempatan—dan Damar, sahabat yang tulus namun diam-diam mencintainya. Di perjalanan, Rania menemukan bahwa hidup bukan hanya tentang bertahan pada kenangan, tapi juga berani membuka pintu baru. Apakah Rania akan memilih cinta yang pernah menyakitinya, atau cinta baru yang penuh ketenangan?
read more
Primadona Mengejar Pecundang
Dita, primadona dan peringkat pertama SMA Permata Kasih, awalnya menganggap Zeno sebagai siswa bodoh tak berguna. Namun saat melihat keteguhan dan potensi tersembunyi Zeno, ia justru berbalik jatuh hati dan bertekad membimbingnya. Tak disangka, Zeno bukan hanya menyusulnya, tapi mengalahkannya—baik dalam pelajaran, maupun dalam permainan perasaan......
read more